Dari awal, perempuan adalah motor/penggerak psikoanalisis. Oleh kajian perempuan-perempuan terdiagnosis histerik lah Sigmund Freud menjadi psikoanalisis, dan dengan menganalisis kasus Aimée yang terperangkap dalam jerat paranoia, Jacques Lacan menjadi psikoanalis. Tetapi tidak hanya itu. Perempuan lah yang telah membangun sejarah psikoanalisis, dengan menjadi penggagas, pemikir, pencipta teori, dan inisiator.
Antusias, semangat, berkarakter, dan memikat, mereka menyalakan api yang tak pernah lagi bisa dipadamkan. Dari Wina, Rusia, Amerika Serikat, dan juga Prancis, dari kelas borjuis, kelas atas, menengah, ataupun bawah. Satu kesamaan lagi : mereka menolak untuk patuh pada norma dan aturan. Kelas Psikoanalisis ini kami buka sebagai bentuk penghargaan atas keberanian dan kebebasan mereka.
Bagaimana bangkit setelah merana akibat cinta seperti Bertha Pappenheim atau Melanie Klein? Bagaimana Lou Andreas-Salomé menunjukkan kepada kita apa itu perempuan yang merdeka? Dapatkah kita mencintai tanpa mendominasi, berkebalikan dari yang terjadi pada Carl Gustav Jung dan Sabina Spielrein? Bagaimana cemburu itu sampai begitu meremukkan hati seperti kasus Lol V. Stein? Apa yang harus dilakukan ketika, seperti yang dialami Anna Freud, orangtua kita tidak memahami orientasi seksual kita? Dapatkah kita tetap menjadi pasien dari terapis yang dengannya kita memadu cinta seperti Catherine Millot dan Jacques Lacan? Mengapa kita selalu jatuh cinta pada tipe laki-laki yang sama?
Psikoanalisis dalam 53 kisah yang akan kami sampaikan adalah cerita-cerita tentang tentang kegembiraan, keterpesonaan, luka hati, dan penderitaan manusia berhadapan dengan cinta dan seks. Bisa jadi salah satunya adalah cerita tentang kita.
Kelas Psikoanalisis Feminis hadir setiap bulan di hypatia.indonesia. Tanggal 18 Maret 2022 ini kami akan hadir dengan kisah Cinta Segitiga, bagaimana psikoanalisis melihat persoalan ini? Bagaimana kisah ini melahirkan analisis yang memperkaya teori-teori psikoanalisis?
Tulisan ini adalah bagian dari artikel Cinta, Seks, dan Kebencian Dalam Psikoanalisis, dapat dibaca di lsfdiscourse.org.
Ilustrasi foto : Jean-Gabriel Domergue
0 comments on “TANPA PEREMPUAN, TIDAK AKAN PERNAH ADA PSIKOANALISIS”