Keputusan Kartini untuk memilih menikah dengan laki-laki yang sudah memiliki tiga istri dan mengabaikan impiannya untuk melanjutkan studi di Batavia sering mengundang perdebatan mengenai statusnya sebagai feminis. Ia yang menentang patriarki, mengapa ia tunduk pada sistem ini?
Sebagian orang mengalami disonansi kognitif, ketidakseimbangan kognisi ketika dua elemen bentrok dan tidak logis. Bagaimana kita dapat menyebut Kartini sebagai feminis sementara keputusannya sendiri melenceng dari nilai-nilai perjuangan feminis?
0 comments on “Pantaskah Kartini Disebut Feminis?”