Subjective well-being, authentic happiness, psychological well-being, well-being theory…. beragam istilah untuk mendefinisikan hal yang kurang lebih sama! Memang membingungkan ya. Semoga tulisan ini dapat sedikit membantu untuk memahami istilah-istilah ini.
Subjective well-being (SWB) dikembangkan oleh Ed Diener. Ia mendefinisikan SWB sebagai penilaian seseorang (afektif/emosional dan kognitif) terhadap kehidupannya. Mungkin yang dapat membingungkan kita adalah bahwa subjective well-being dalam bahasa sehari-harinya memang disebut dengan kebahagiaan (happiness). Diener sendiri menamakan SWB sebagai “science of happiness”.
Namun demikian, kini yang lebih dikenal sebagai penggagas kebahagiaan justru adalah Seligman. Ia membangun teori kebahagiaan otentik (authentic happiness, saya singkat dengan AH). Berbeda dengan SWB yang didasarkan pada prinsip hedonik, Seligman mendasarkan teorinya pada prinsip eudamonik.
Tidak puas dengan teorinya tentang kebahagiaan otentik, belakangan Seligman menggagas pula well-being theory (WBT). WBT dari Seligman ini tidak sama dengan kesejahteraan psikologis (psychological well-being, disingkat dengan PWB) yang dikembangkan oleh Carol D. Ryff. Meskipun keduanya sama-sama dibangun atas prinsip eudamonik.
Perlu saya tekankan : Psychological well-being (PWB) ataupun well-being theory (WBT) tidak sama dengan subjective well-being (SWB). Bahkan kebahagiaan otentik (authentic happiness, AH) pun tidak sama dengan subjective well-being. Karena konsep kebahagiaan otentik yang digunakan Seligman adalah eudaimonia.
Jadi, PWB, WBT, dan AH = prinsip eudaimonia. SWB = prinsip hedonia.
Well-being theory merupakan evolusi dari teori Seligman sendiri yang ia namakan kebahagiaan otentik (authentic happiness). Sekian lama mengusung teori kebahagiaan otentik, ia berubah pikiran. Menurutnya kebahagiaan saja tidak cukup, ia pun menggagas well-being theory.
Well-being theory memiliki lima elemen, yang disingkat sebagai PERMA : Positive emotion, Engagement, Relationship, Meaning, Accomplishment. Sebenarnya tiga elemen sudah ada dalam kebahagiaan otentik, yaitu positive emotion, engagement, dan meaning. Jadi ada dua elemen yang ia tambahkan dalam well-being theory, yakni relationship dan accomplishment.
Jika tujuan dari kebahagiaan otentik adalah peningkatan kepuasan hidup, well-being bertujuan meningkatkan “flourishing”.
Mengenai prinsip eudaimonik dan hedonik, silakan lihat di sini : Psychological & subjective well-being, apa bedanya?
Selengkapnya mengenai teori Seligman, lihat di sini : Well-being theory
Temuan terbaru mengenai SWB, lihat di sini : Temuan Terbaru tentang Subjective dan Psychological Well-being : Berbeda Tetapi Saling Memengaruhi
Kredit Foto : Pexels
Pingback: Psychological & subjective well-being, apa bedanya? – PSIKOLOGI FEMINIS
Wah selama ini di kampus belum terlalu mendalam mempelajari yang ini. Thanks Kak.
LikeLike
Sama-sama, Zen 🙂
LikeLike
Bismillah semoga bisa dijawab jadi bisa dibilang istilah kebahagiaan ed diener sama dengan subjective well being? berarti penggunaan kata swb dan kebahagiaan dalam dasar teori ed diener tidak ada masalah?
LikeLike
Benar Rahmat. Tapi karena Diener sendiri sudah memberi nama SWB, saya pribadi akan menggunakan istilah SWB jika sedang bicara tentang Diener.
LikeLike
Ok,terima kasih untuk informasinya bu
LikeLike