Ribuan hari kau bersamaku
Kita bercumbu
Dalam bahagia berlumur gundah
Cinta terbungkus resah
Panas damaikan jiwa
Kudekap kau dalam dekapmu
Saat terindah dalam hidupku
‘Kan segra berlalu
Aku perempuanmu,
Perkasa dalam tangisku
Maju berperang ‘tuk dirimu
Sembuhkan luka nan belenggu
Tak mampu kulawan waktu
Laksana Cinderella terbatas dentang tengah malam
Aku pergi, kekasihku
Dia sudah memanggilku
Hentikan, kataku
Saat waktu belum tiba
Kau bimbang, terdiam
Terpuruk dalam ragumu
Tak berdaya dalam ragamu
Takutmu habisi tubuhmu
Tangisku matikan semangatmu
Teriakku surutkan nyalimu
Malam makin larut, kekasihku
Kubenci kau dalam cintaku
Kucinta kau dalam benciku
Kan kutunggu dirimu
Jemputku saat senja
Dalam sisa-sisa gairah
Warisan cinta kita
Aku milikmu
Meski ragaku tlah hangus
Dalam permainan egonya
Dalam kelemahanmu
Dalam kekalahanku,
Perempuanmu
Temui aku berpuluh tahun lagi
Saat ombak pantai bergelung
Dalam kerut kulitmu, dalam rapuh tulangmu
Dalam rambut putihmu
Dalam keabadian cinta
Milikmu, milikku
Dimana indahnya cinta?
dalam pengorbanan yang tulus, diantara sabarnya penantian ato ketidakkuasaan untuk memiliki…
LikeLike
Taela, tny sendiri, jwb sendiri ya pak 😛
Tnyt lo nangkep isi puisi ini ya Piq… 😉
LikeLike
sampai juga aku diujung jalan
tak berpaling, tak jua hendak meneruskan langkah
aku cuma mau berhenti
melepas nafas menumpahkan beban
dan biarkan cinta tercerabut sampai ke akarnya
Hai.. 😉
LikeLike
Hai, Bang Dohar,
Aku ndak mau ah kl cintaku tercerabut sampe ke akarnya 😀
LikeLike
Hehe….
Heran ya, kenapa banyak orang yang ingin dimiliki (ak milikmu…). lha kalau yang punya milik bosan bisa ditukar atau digadai itu….
LikeLike
aku berteleku..
atas pusara cinta kita..
bersama haruman kuntum mawar..
dan suci kata talkin.
rembes air mata yang tidak kering ini..
meratapi sepemergianmu..
duhai cinta..
moga damailah engkau disana..
LikeLike
mmm, jd speechless…
terharu sama puisimu..
LikeLike